SRAGEN – Tradisi
Larap Slambu Makam Pangeran Samudro hingga kini tetap lestari. Jelang 1 Suro,
Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpor) Kabupaten
Sragen tengah menyiapkan sejumlah agenda, salah satunya tradisi Larap Slambu
yang akan digelar di lokasi Makam Pangeran Samudro yang lebih dikenal
masyarakat dengan sebutan Gunung Kemukus.
Dijelaskan oleh
Kepala Dinas Pariwisata melalui Kepala Bidang (Kabid) Seni dan Budaya, Joko
Suyono S.Kar, Tradisi Larap Slambu akan digelar pada hari Sabtu tanggal 25
Oktober 2014 tepat 1 Suro (Penanggalan Jawa) atau 1 Muharram 1436 H
(Penanggalan Islam). “Acara akan kami mulai sekitar pukul 09.00 wib hari Sabtu
1 Suro nanti, “ jelas Joko Suyono.
Upacara Adat
yang digelar secara rutin disetiap tahunnya ini tidak hanya menarik dari segi
wisata saja tetapi juga mempunyai nilai kesakralan ritual upacara yang
dipercaya oleh warga mampu mendatangkan tuah.Tradisi tahunan yang menarik
ribuan pengunjung ini berupa penyucian kain penutup makam Pangeran Samudro.
Tradisi inilah yang kemudian sering dikenal sebagai upacara Larap Slambu
Pangeran Samudro.
Tradisi Larap
Slambu pada perkembangannya tetap dilestarikan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen
melalui Disparbudpor Kabupaten Sragen. Oleh Disparbudpor kegiatan di Gunung
Kemukus tahun ini dikemas dalam sebuah acara “Gebyar Suran 2014”. Kegiatan itu
meliputi kirab Gunungan Sedekah Bumi bersama warga Desa Pendem pada hari Jumat
24 Oktober 2014, pada malam harinya akan digelar Tahlilal bersama di bangsal
Pangeran Samudro. Sedangkan pada hari Sabtunya, 25 Oktober 2014 Upacara Tradisi
Larap Slambu dan puncak acara berupa Hiburan Klenengan dan Pagelaran Wayang
Kulit semalam suntuk, pada Sabtu malamnya
.
Prosesi Upacara Penyucian
Prosesi
penyucian kain penutup makam Pangeran Samudro akan digelar hari Sabtu 25
Oktober 2014 dari pagi hari jam 09.00. Pada saat itu biasanya banyak sekali
warga yang sudah berdatangan dari berbagai daerah termasuk dari luar pulau Jawa
dan memadati lokasi kegiatan.Kegiatan penyucian diawali dengan membawa air
kembang, slambu, dan kain mori serta sejumlah ubo rampe berupa sesaji menuju
aliran sungai yang bermuara di Waduk Kedung Ombo yang terletak di sebelah timur
makam. Jarak lokasi itu kurang lebih 500 meter dan dengan menyusuri anak
tangga, rombongan pembawa perlengkapan dikawal sejumlah prajurit.
Di lokasi aliran sungai itu
sejumlah warga sudah bersiap untuk memperebutkan berbagai ubo rampe yang
nantinya akan dihanyutkan.
Begitu tiba di
aliran sungai, berbagai jenis sesaji seperti jajan pasar, buah-buahan, rokok,
dan kembang akan dihanyutkan oleh pembawa sesaji. Sesaji yang dilarung ini
menjadi sasaran pertama para pengunjung dan peziarah sebelum nantinya mereka
memperebutkan air bekas cucian slambu atau kelambu atau jamasan kelambu makam
Pangeran Samudro.
Setelah
melarung berbagai jenis sesaji tadi, rombongan kemudian akan mencelupkan
kelambu yang ditempatkan dalam keranjang ke dalam aliran sungai. Begitu
diangkat, kucuran air bekas celupan tadi akan menjadi rebutan mereka yang telah
menunggu.
Hal yang sama
juga akan terjadi saat rombongan kembali ke pelataran makam Pangeran Samudro.
Di pelataran itu kelambu kembali akan dibilas menggunakan air kembang yang
bersumber dari tujuh mata air yang sudah disiapkan dalam tujuh gentong. Ratusan
liter air kembang tersebut akan menjadi sasaran berikutnya oleh peziarah yang
memadati makam saat upacara ini digelar.Pengunjung dan peziarah yang
memperebutkan air jamasan atau sisa cucian, sesaji, dan kain mori percaya bahwa
benda-benda tadi dapat mendatangkan tuah. Karena itu, puncak acara Larap Slambu
Gunung Kemukus selalu terletak pada perebutan sisa air cucian kelambu ini.
(Humas)
Sumber : http://www.sragen.go.id/